Sejarah Korea

Anda pasti akan mendengar lebih banyak lagi tentang mimpi Korea di abad ke-21 melalui sikap hangat serta semangat dari anak mudanya.
Negara Korea berlokasi di Semenanjung Korea, dimana budaya maritim dan budaya kontinental saling bertaut satu dengan yang lainnya. Sama seperti gugusan tempat nelayan menangkap ikan, dimana arus air hangat dan dingin bertemu, lokasi geografi dari Negara Korea ini sendiri, telah memenuhi syarat untuk menjadi titik pertemuan dari politik internasional, ekonomi, serta permasalahan perbedaan budaya yang bisa saling hidup berdampingan. Korea, yang letaknya sangat strategis tersebut, akan menciptakan sebuah budaya baru yang akan mempengaruhi dunia.
Di dalam 5000 tahun dari sejarah Negara Korea, dari bangsa (kerajaan) yang paling awal, Gojoseon (2333 – 108 BC) hingga Negara Korea di abad ke-21 ini, kita dapat dengan mudah melihat bahwa cara pandang bangsa Korea masih berlaku hingga saat ini. Bangsa awal dari Negara Korea, Gojoseon memiliki cita-cita bangsa yang disebut “Hongik Ingan,” sebuah konsep dari hidup untuk memberi manfaat bagi dunia melalui kasih sayang dan pelayanan. Kerajaan Goguryeo (37 BC – AD 668) menjelma menjadi salah satu dari Negara terkuat di wilayah Asia Timur pada waktu itu, dengan rasa kebanggaannya karena menjadi pusat dunia dan kerjasamanya dengan negara-negara tetangganya. Sebagai tambahan, Dinasti Goryeo (918 – 1392) adalah bangsa pertama yang menciptakan pencetakan huruf dengan jenis logam bergerak, yang mana hal tersebut mengubah cara berkomunikasi dari umat manusia, serta turut berkontribusi bagi perkembangan lanjutan dari budaya dunia. Saat ini Korea mengabdi pada dunia dengan menjadi penyedia sukarelawan luar negeri terbesar kedua di dunia.  Anda pasti akan mendengar lebih banyak lagi tentang mimpi Korea di abad ke-21 melalui sikap hangat serta semangat dari anak mudanya. Korea secara geografis berada di tengah wilayah Asia Timur. Selama 5000 tahun sebagai sebuah kekuatan budaya yang kuat membuat Korea menjadi sebuah perpaduan budaya dari budaya kontinental dan budaya maritim! Gairah dari anak muda Korea yang bercita-cita sebagai agen perubahan dunia, akan membuat visi Korea di abad ke-21 akan menjadi kenyataan.
Kerajaan Gojoseon (2333 – 108 SM)

Semangat dari Dasar Negara: Pengabdian untuk kesejahteraan semua umat manusia (Hongik Ingan)

 

Gojoseon, Kerajaan kuno pertama dari bangsa Korea, didirikan diatas filosofi “Hongik Ingan” sebagai cita-cita nasionalnya, yang berarti mengubah dunia menjadi lebih baik melalui kasih sayang dan pelayanan daripada melalui kekerasan dan perang. Perdana Menteri Kong Bin dari Dinasti Wei, sebuah negara bagian yang kuat pada masa Tiongkok Kuno yang bertetangga dengan Gojoseon, menulis tentang Gojoseon pada Dongi Yeoljeon sebagai berikut. “Negara ini cukup besar tetapi tidak menyombongkan dirinya; tentaranya cukup kuat tetapi tidak menduduki negara lain.” Selain itu, dia mencatat bahwa leluhurnya,”Kong Zi (Konfusius),”bahkan bersedia untuk hidup di negara ini. Saat ini, Republik Korea mengabdi kepada dunia sebagai negara pengirim sukarelawan terbesar kedua di dunia. Semangat pengabdian nasional dari Gojoseon untuk kesejahteraan seluruh umat manusia akan terus ditunjukkan oleh para pemuda-pemudi Korea hingga saat ini.

Kerajaan Silla (57 SM – 935)

Sistem Kerajaan Silla: Pembentukan dari Kerajaan Seribu Tahun

Kerajaan Silla adalah salah satu dari sedikit kerajaan yang ada dalam sejarah dunia, yang bertahan lebih dari seribu tahun. Ratu Seondeok (bertahta 632 – 647), sebagai Ratu pertama dalam sejarah Korea, meletakkan dasar-dasar tentang kerajaannya sebagai bagian dari seribu tahun pemerintahan Kerajaan Silla. Ratu Seondeok mematahkan pandangan yang dikemukakan oleh masyarakat patriarki yang menyatakan bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, naik tahta kerajaan, memimpin dengan bijak, serta memilih individu yang cakap pada posisi penting dalam pemerintahan. Pada masa Ratu Seondeok memerintah, Kerajaan Silla telah berubah dari kekuatan terlemah di semenanjung Korea menjadi sebuah kerajaan makmur yang kuat yang pada akhirnya akan menyatukan semenanjung itu. Begitu pun yang terjadi pada perempuan-perempuan modern di Korea pada saat ini, mereka turut berpartisipasi dan berkontribusi ke dalam banyak bidang di antaranya politik, ekonomi, kemasyarakatan, dan budaya. Sistem seribu tahun dari Kerajaan Silla serta semangat dari Ratu Seondeok masih terus berlanjut untuk menginspirasi dan menantang para perempuan modern Korea.

Kerajaan Goguryeo (37 SM – 668)

Mimpi dari Kerajaan Goguryeo: Sebuah Kerajaan dari Putra Dewa, berkomunikasi dengan dunia melalui kebanggaannya sebagai pusat dunia

Raja Gwanggaeto (374 – 413) Pemimpin Agung dari Kerajaan Goguryeo adalah salah satu dari raja terkuat yang pernah ada dalam lima ribu tahun dari sejarah Korea; ini terlihat di batu nisannya yang terukir dengan catatan dari para bapak bangsa Goguryeo sebagai “Putra Dewa.” Kebanggaan Goguryeo sebagai kerajaan “Putra Dewa” telah mengantarkan pertumbuhan yang pesat negara ini sebagai salah satu negara paling kuat di Asia Timur di abad ke-5. Meskipun demikian, mimpi dari Goguryeo ini tidak disimpan untuk mereka sendiri. Sebaliknya, kerajaan berkembang melalui komunikasi dan bekerjasama dengan kerajaan tetangganya. Mimpi dari Goguryeo berlanjut untuk menginspirasi Republik Korea modern saat ini, yang juga bermimpi untuk menjadi pusat dari Asia, sebuah pintu gerbang dari Timur Laut Asia pada abad ke-21, dan menjadi sebuah negara yang berbagi mimpinya dengan mengulurkan tangannya untuk menjalin persahabatan kepada seluruh masyarakat di dunia.

Kerajaan Baekje (18 SM – 660)

Kebudayaan Baekje: Menciptakan Gelombang Korea (Korean Wave) di masa lalu

Terletak di bagian tengah dari semenanjung Korea selama ratusan tahun, letak Kerajaan Baekje sendiri adalah sebuah kota dunia yang menghubungkan Tiongkok dan Jepang. Hal ini menjadikannya sebagai pusat pertukaran budaya di Asia dan secara aktif membangun hubungan dengan banyak negara Asia lainnya, termasuk Vietnam dan India. Pada abad ke-4, Baekje memulai untuk menyebarkan literatur Tiongkok seperti Konfusianisme, astronomi, perhitungan penanggalan, dan pengetahuan geografis ke Jepang. Baekje juga turut mengenalkan Buddhisme ke Jepang pada abad ke-6, dan berkontribusi pada perkembangan awal Buddhisme di Jepang, atau yang biasa disebut kebudayaan Asuka. Baekje merupakan nenek moyang dari gelombang budaya Korea pada masa lalu. Gelombang Korea (Korean Wave), atau yang biasa disebut Hallyu, saat ini menjadi tren yang terkenal di Asia serta dunia.

Kerajaan Gaya (42 – 562)

Besi dari Gaya: Berkembangnya kemakmuran dari kebudayaan besi di Asia Timur Laut

Kerajaan Gaya, terletak pada lokasi strategis penting  di tengah pesisir selatan, delta sungai Nakdonggang, berperan penting sebagai perantara perdagangan antara Tiongkok, semenanjung Korea, dan Jepang. Kerajaan Gaya juga membentuk sebuah kebudayaan seni yang unik dengan semangat kemajuan dan jiwa terbuka. Sebagai contoh, mereka memproduksi barang-barang dari tanah liat dan menciptakan Gayageum, salah satu dari alat musik paling ikonik di Korea. Diatas semuanya, Kerajaan Gaya mengembangkan sebuah industri pembuatan besi yang luar biasa dan terkenal sebagai pusat perdagangan internasional melalui produksinya yang melimpah dan berkualitas tinggi. Ketenaran kerajaan Gaya kuno sebagai produsen besi yang tiada taranya di Asia Timur Laut yang terus menjadi kebanggaan bagi Republik Korea saat ini, yang bisa dilihat dari cara Kerajaan Gaya mengubah dirinya dengan menciptakan salah satu industri manufaktur besi dan baja terbaik di dunia.

Kerajaan Balhae (698 – 926)

Sejarah identitas Balhae: Menggantikan Goguryeo dan mendirikan kemerdekaannya

Setelah keruntuhan dari Goguryeo di 668, daerah kekuasaan dan kebudayaannya turut musnah serta pengungsi Goguryeo tercerai-berai dimana-mana. Akan tetapi, karena rasa identitas sejarah mereka cukup kuat untuk mendirikan sebuah kerajaan bernama Balhae. Balhae menyatakan bahwa mereka telah memulihkan bekas wilayah Kerajaan Goguryeo serta mewarisi tradisi dari Buyeo, cikal bakal dari Kerajaan Goguryeo. Kerajaan ini menjalin hubungan dengan Dinasti Tang di Tiongkok, sebuah kekuatan yang dominan pada masanya, atas dasar kesetaraan. Rasa identitas sejarah dari Kerajaan Balhae yang kuat dihidupkan kembali untuk menciptakan semangat perlawanan dan kemerdekaan selama masa pendudukan Jepang (1910 – 1945). Selama 35 tahun dari pemerintahan kolonial Jepang yang kejam, masyarakat Korea menderita dari segala macam bentuk kekerasan, eksploitasi, dan juga pelecehan. Terlepas dari tantangan ini, orang Korea tidak pernah menghentikan upaya mereka untuk memulihkan kemerdekaan mereka melalui kegiatan seperti mendirikan pemerintahan sementara Korea di Shanghai, dan juga membentuk Tentara Pembebasan Korea. Semua hal ini menjadi mungkin dikarenakan sejarah yang kuat yang telah diwariskan dari leluhur Kerajaan Balhae.

Dinasti Goryeo (918 – 1392)

Teknologi Goryeo: Menemukan pencetakan dengan jenis logam bergerak

Media berita internasional ternama, termasuk Life Magazine, menobatkan pencetakan dengan jenis logam bergerak sebagai salah satu penemuan terbesar yang mengubah dunia dalam 1000 tahun terakhir. Adanya penemuan dari pencetakan dengan jenis logam bergerak ini menandai titik balik dalam sejarah dengan mengakhiri monopoli pengetahuan dan informasi oleh para elit yang memiliki kekuasaan. Goryeo adalah yang pertama di dunia yang menemukan pencetakan dengan jenis logam bergerak. Teknologi pencetakan dengan jenis logam bergerak yang canggih terbukti dalam Jikji, yang merupakan buku tertua di dunia, yang masih ada yang dicetak pada tahun 1377 menggunakan pencetakan dengan jenis logam bergerak. Teknologi ini berlanjut untuk berkembang selama Dinasti Joseon, dan disebarluaskan  ke Jepang serta kawasan lainnya. Sebagai hasilnya, hal tersebut membawa dampak besar bagi sejarah percetakan di negara-negara Timur. Kreativitas seperti itu adalah dasar dari teknologi kreatif Korea, yang memungkinkan Korea untuk memimpin teknologi informasi serta revolusi kecerdasan di abad ke-21.

Dinasti Joseon (1392 – 1910)

Filosofi Politik Joseon: Dasar dari sebuah negara ada pada rakyatnya

Filosofi politik dari Dinasti Joseon selama 500 tahun adalah politik “Minbon,” yang berarti penghargaan terhadap manusia adalah yang utama. Raja-raja dari Joseon percaya bahwa kekuatan mereka diberikan dari surga dan juga rakyat, dan dengan demikian semua keputusan serta kebijakan harus dibuat atas dasar kepentingan terbaik bagi rakyat. Sejong yang Agung (1397 – 1450) adalah penguasa yang paling mampu mewujudkan politik Minbon selama Dinasti Joseon. Dengan politik yang berorientasi pada rakyat, Sejong menciptakan sebuah abjad untuk rakyatnya, yang mana hal ini merupakan sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk penguasa mana pun dalam sejarah. Kasih sayangnya bagi rakyat memberikan dia semangat untuk bekerja keras, dan membawa kemajuan yang signifikan di semua bidang masyarakat, termasuk politik, ekonomi, budaya, dan pertahanan negara. Ide dasar dari filosofi ratusan tahun ini adalah, bahwa seorang penguasa ada untuk melayani rakyat, bukan yang sebaliknya. Dengan adanya filosofi ini, memungkinkan Korea untuk mencapai demokratisasi pada abad ke-20, yang merupakan waktu tersingkat dalam sejarah dunia bagi sebuah negara untuk mencapai demokratisasinya.

Periode Penjajahan Jepang (1910 – 1945)

Semangat dari Kemerdekaan: Korea menjadi cahaya dari Asia yang membawa harapan bagi dunia.

Setelah ratusan tahun merdeka, Korea diserbu dan diduduki oleh pemerintah Kekaisaran Jepang. Selama masa penjajahan Jepang, baik sumberdaya material maupun manusia dari Korea telah dieksploitasi secara menyeluruh, begitu pun dengan bahasa serta budaya yang juga mengalami kerusakan yang cukup besar. Rakyat Korea berjuang dengan gigih untuk mencapai kemerdekaannya. Secara khusus, lebih dari dua juta orang Korea berpartisipasi dalam Gerakan Kemerdekaan 1 Maret dan memberikan secercah sinar harapan bagi banyak negara Asia lainnya yang mengalami nasib serupa. Gerakan ini mengarah pada pembentukan Pemerintahan Sementara Korea pada tahun 1919, yang mewakili bangsa Korea dan turut memainkan peran sentral dalam gerakan kemerdekaan Korea. Periode penjajahan Jepang ini menjadi momen kelam dalam sejarah Korea. Meskipun demikian, Korea masih bersinar terang dengan semangat rakyat Korea untuk menyelamatkan negara mereka dan melindungi kebebasan dan perdamaian. Dengan mengikuti jejak nenek moyang mereka, masyarakat Korea membawa harmoni ke dunia, seperti yang terjadi ketika mereka sukses menyelenggarakan Olimpiade Seoul 1988 sebagai tuan rumah pada masa Perang Dingin. Begitu juga pada tahun 1997, ketika Korea dihadapkan pada periode krisis ekonomi yang parah. Dengan mengatasi tantangan yang ada pada saat itu, Korea kembali menjadi harapan bagi dunia.

Republik Korea (1948 – sekarang)

Penyatuan masyarakat Korea: Korea akan menjadi sumber dari kedamaian dunia, kemakmuran, serta saling berbagi.

Setelah masa penjajahan Jepang, Republik Korea didirikan pada tahun 1948. Korea sendiri terbagi atas garis ideologis, dan jutaan dari masyarakat Korea menjadi korban dari adanya Perang Korea. Setelah perang usai, seluruh wilayah Korea hancur, dan orang-orang Korea terpisah menjadi Selatan dan Utara. Namun demikian, Korea berhasil mengatasi kemiskinan dan kesulitan serta mengubah wajahnya menjadi salah satu dari 10 kekuatan ekonomi teratas di dunia. Negara Korea juga berhasil mencapai demokratisasinya. Saat ini, Korea juga mempunyai visi baru untuk masa depan mereka. Hal itu adalah penyatuan dari dua wilayah Korea. Penyatuan Korea tidak hanya diartikan untuk menyelesaikan pembagian wilayahnya dan menciptakan satu Korea. Akan tetapi, dengan adanya penyatuan Korea ini, diharapkan  akan membawa perdamaian ke dunia serta menghilangkan ketegangan militer antara kedua negara Korea dan ancaman nuklir dari pihak Korea Utara, dan membawa kemakmuran bagi dunia dengan menghubungkan ekonomi Asia Timur Laut dan dunia. Kami pun akan memberikan kontribusi lebih lanjut kepada dunia dengan membagi pengalaman kami dalam menciptakan perdamaian dan kemakmuran. Pada abad ke-21, negara Korea yang bersatu akan berfungsi sebagai pusat dari Benua Asia, sebuah pintu gerbang dari Asia Timur Laut, serta menjadi negara persahabatan yang saling berbagi mimpi dan visinya dengan orang-orang di seluruh dunia. Kami akan menginspirasi dunia dengan membawa perdamaian, kemakmuran, serta budaya berbagi.